Muhaimin Iskandar atau akrab disapa Cak Imin adalah seorang politisi Indonesia yang pernah menjabat sebagai Wakil Presiden Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan juga pernah menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Indonesia.
Cak Imin dikenal dalam dunia politik Indonesia karena kontribusinya dalam pembentukan kebijakan serta peranannya dalam dunia politik dan sosial di Indonesia.
Terlebih saat ini, Cak Imin yang disandingkan dengan Anies Baswedan dalam paslon Presiden Wapres pada Pemilu 2024.
Pasca debat putaran kedua 22 Desember lalu, nama Cak Imin mencuat begitu drastis.
Banyak yang menggarisbawahi pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh Cak Imin ke publik sebagai upaya kampanye program kerjanya bersama Anies Baswedan.
Pernyataannya pun menimbulkan pro dan kontra di tengah hiruk pikuknya persiapan menjelang Pemilu 2024.
Salah satu yang ikut berkomentar adalah Ridwan Kamil. Ridwan Kamil adalah seorang arsitek yang juga merupakan politisi Indonesia.
Ia pernah menjabat sebagai Wali Kota Bandung sebelum kemudian terpilih sebagai Gubernur Jawa Barat.
Ridwan Kamil dikenal karena inovasinya dalam pembangunan dan pengembangan kota serta partisipasinya dalam berbagai proyek yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Jawa Barat.
Begini Ridwan Kamil komentari pernyataan Cak Imin terkait IKN. Video tersebut diunggah dalam Liputan 6 dan diposting ulang oleh Tik Tok @or4ng_pinggiran.
Ada statement dari paslon 01 yang menyatakan bahwa menolak IKN, tapi ingin membangun kota setara Jakarta 40 kota.
"Menurut saya sih tidak realistis ya, untuk menjadi Jakarta aja butuh 75 tahun kan prosesnya, dimana ekonomi terpusat disana, tapi kalau meningkatkan kapasitas kota-kota iya, tapi kalau setara dengan Jakarta menurut saya tidak realistis," ujar Ridwan Kamil dalam potongan video tersebut.
Menurut Ridwan Kamil, berkampanye juga harus penuh dengan akal sehat, menjanjikan sesuatu yang bisa dieksekusi.
Artinya, Ridwan Kamil menilai pernyataan Cak Imin kurang tepat dan sulit diwujudkan. Seolah janji hanya sekedar janji belaka.
Kampanye yang realistis membantu kandidat atau partai politik untuk fokus pada tujuan yang dapat dicapai.
Ini memungkinkan penyampaian janji-janji yang memang dapat diwujudkan sesuai dengan ketersediaan sumber daya dan keterbatasan yang ada.
Janji-janji yang realistis meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap calon atau partai politik.
Jika janji kampanye terlalu fantastis atau tidak realistis, hal ini dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin atau partai tersebut.(hops.id)